here's pic |
Bismillah,
“Rain, sudah lama aku tak melihatmu, bagaimana kabarmu? Aah kamu pasti sudah berubah atau masih seperti dulu di saat kita bertemu pertama kali? Entah mengapa aku rindu kamu, canda-tawa mu, senyummu, marahmu heehe. Lantas, bisakah kita bertemu ba’da Isya di tempat pertama kita berkenalan? Ku harap kamu datang Rain, nama mu selalu ada dalam sujudku, semoga kamu baik-baik saja^^”. –Sepucuk harapan untuk rain-
Ku buka jendela kamarku, sang kabut lama-lama telah pergi meninggalkan pagi. Mentari pagi tersenyum seolah menyapa “selamat pagi dunia”. Ahh indahnya pagi ini diawali dengan senyuman^^. Aku pun tak mau kalah dengan mentari pagi..ku sapa disekelilingku, “pagi langit..birumu begitu tenang, sejuk, dan damai. Aku kagum padamu”, “pagi mawar..harummu menyerbak seluruh dunia, merah jati dirimu, kamu tak pernah mengeluh meski ada duri disekelilingmu. Aku bangga padamu”. “Pagi burung..kicauanmu begitu merdu mengalahkan klakson lalu lintas, se-pagi ini kamu sudah berlalu-lalang terbang bebas mencari makan untuk anak-anakmu, tidak seperti aku yang masih terpesona oleh mentari pagi, ahh aku malu padamu”.
Saat aku menunggu, kamu enggan datang menyapa. Kamu biarkan aku duduk-duduk sendiri di taman kota. Kenapa kamu tidak datang, Rain? Tidakkah kamu rindu padaku? Ahh, padahal aku rindu padamu mungkin tuk yang terakhir –egoku-. Bodohnya aku terus saja menunggumu, meski tahu kamu tidak akan pernah datang -pukul 23:59-.
Akhirnya, kamu datang Rain. Tapi kenapa? Ketika kamu datang menemuiku pun enggan menyapa. Hanya rintikan air yang terdengar. Aku hanya diam dalam kesunyian ruang. Rinduku tak terbalas. Di moment indah ini, di saat kamu datang, aku tak bisa memelukmu bahkan menatapmu pun tak bisa. Lagi-lagi kamu yang menatapku.
Tatapanmu penuh harapan. Bola matamu bersinar bagai cahaya yang terpantul oleh cermin. Aku ingin kamu bangun dari ruang sunyi ini? –bisikmu-. Itukah harapanmu? Bagaimana dengan aku? Aku yang selalu menunggu moment ini. Kedatanganmu. Berjumpa denganmu. Tak bisakah kamu rasakan bahagianya aku? Meskipun kita tak saling sapa, bertatapan, meski aku harus terbaring diruang ini bukan dengan harumnya mawar tapi harumnya obat yang membuat kepalaku pusing, serta selang-selang yang menjulang ketubuhku. Hanya ini yang bisa ku lakukan untuk bertemu denganmu. Buktinya kamu hadir. Sedangkan kemarin......???!
Mata terpejam. Tubuh tak sanggup tersenyum. Tapi hati ini tak pernah tidur. Dialah yang selalu menunggumu. Lihatlah dia tersenyum. Kenapa? Senyummu penuh paksaan, Rain. Terlihat dari raut wajahmu. Hati ini dapat melihatmu, Rain. Kamu tidak menyesalkan bertemu denganku dalam keadaan seperti ini. Tersenyumlah rain, aku rindu senyum lepas mu. Umhh..baiklah aku akan terbangun dari ruang ini. Tapi apa kamu mau berjanji? –pinta hati ku-. “Apa?” Tetaplah disini aku ingin melihat mentari pagi, birunya langit, sinar bulan dan bintang bersamamu. “Baiklah”.
Rain menepati janjinya, aku pun sama. Ku buka kedua bola mata ini, ku tatap rain dengan senyum penuh makna. Terima kasih kamu sudah menemuiku, melepas rinduku tuk yang terakhir walaupun kamu telat. Ingatlah pesanku, meski kita jauh, dunia kita berbeda, langit tetaplah sama...lihatlah kenangan kita tak pernah tertutup awan. Disanalah kamu akan melihat aku. Tetaplah tersenyum, Rain^^.
Hanya coretan sederhana...^^
Menunggu itu membosankan, kecuali menunggu sesuatu yang bernilai :)
BalasHapusPenantian yang indah. Sampai nanti, sampai akhir. Salam kenal Teh Diyah :)
BalasHapusmembersamai pelangi,
BalasHapusmenunggu sang hujan..
*terbalik :)
@Andrie Whe umhh..betul itu..^^
BalasHapus@Irma Devi Santika Salam kenal juga teh irma... c u on kopdanas :)
BalasHapus@dAnonim™ Like Rain nd Rainbow..^^
BalasHapus@Diyah Hafshah trims... :)
BalasHapus